Dalam rangka meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan membangun semangat wirausaha Mahasiswa, Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melaksanakan kegiatan “Pelatihan Pembuatan Sasirangan Ecoprint” pada hari Minggu tanggal 26 Juni 2022 di Lingkungan Laboratorium Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) FKIP ULM. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh Dosen dan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP ULM dengan mengundang Instruktur Pelatihan Siti Isnaniah Haryani Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) Provinsi Kalimantan Selatan.
Ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan menggunakan bahan pewarna alam, dengan cara mentransfer warna dan bentuk pada media (kain, kulit kertas, keramik) melalui kontak langsung. Teknik ecoprint lebih memanfaatkan bagian tanaman berupa kayu, kulit kayu, ranting, daun dan bunga sebagai sumber pewarna dan mencetak motif.
Siti Isnaniah menjelaskan ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan yang saat ini sedang tren di pelaku usaha dan pengrajin tekstil. Kain hasil olah seni ecoprint meningkat pesat di Indonesia dan dapat dijadikan gaya hidup masyarakat yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan alam. Teknik ecoprint semula banyak diterapkan pada batik namun kini para pengrajin sasirangan mulai menerapkan teknik ecoprint pada proses pemberian motif kain sasirangan. Sasirangan yang biasanya bermotif khas Banjar kini juga dipadukan dengan teknik ecoprint yang menghasilkan motif natural yakni daun-daunan.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, sasirangan ecoprint dapat menjadi salah satu alternatif peluang usaha yang menjanjikan. Bisnis sasirangan ecoprint dapat menjadi pilihan wirausaha dalam bidang fashion yang bersifat kreatif, inovatif, eksklusif, dan beda dari yang lain dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar. “Produk sasirangan ecoprint merupakan produk yang layak dijual, memiliki harga jual yang tinggi, dan paling penting ramah lingkungan,” jelasnya.
Media kain yang digunakan untuk sasirangan ecoprint memiliki kriteria khusus salah satunya berbahan katun, paris, dan yang paling penting berserat alam agar penyerapan warna lebih cepat. “Pemilihan kain direkomendasikan berserat alam atau yang berjenis sutra atau wol. Semakin banyak serat alamnya semakin bagus,” kata Siti Isnaniah disela melakukan Pelatihan.
Pada pelatihan ini para peserta diberikan keterampilan dan teknik cara membuat kain sasirangan ecoprint dengan dua teknik pewarnaan yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding. Dalam teknik iron blanket langkah pertama yang dilakukan adalah pre-mordant (pembersihan kain dari kotoran dengan direndam selama 4 jam). Langkah kedua pencetakan motif yaitu dengan membentangkan kain lalu menempelkan dedaunan yang sudah direndam dengan larutan cuka. Langkah terakhir melakukan fiksasi atau penguncian warna dengan merendam kain pada air yang telah dicampur tawas atau tunjung.
Sementara itu pada teknik pounding dilakukan dengan memukul daun atau bunga ke atas kain dengan menggunakan palu. Palu dipukulkan pada daun yang telah diletakkan diatas kain yang ditutup dengan plastik untuk mengekstrak pigmen warna. Motif pada kain yang dihasilkan sesuai dengan kreativitas peserta dalam menata daun dan bunga pada kain. Dalam proses pembuatan sasirangan ecoprint daun yang digunakan adalah daun-daun yang memiliki zat tanin yang kuat seperti daun jati, daun lanang, daun kayu afrika, daun singkong, daun pepaya, daun ketapang hingga daun belimbing. Tanin adalah salah satu zat warna dari daun tumbuhan yang dapat menghasilkan warna kuning hingga cokelat. Tanin diketahui banyak terdapat pada daun yang masih muda. “Oleh karena itu pada pembuatan sasirangan ecoprint daun muda lebih banyak digunakan karena dapat menghasilkan warna yang lebih kuat,” kata Siti Isnaniah.
Nurwafa Rosyida, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta pelatihan ini mengaku sangat senang dengan adanya pelatihan pembuatan sasirangan ecoprint. “Sebagai peserta saya merasa pelatihan ini sangat bermanfaat karena memberikan wawasan dan pengetahuan lebih dalam mengenai pembuatan sasirangan ecoprint,” ungkapnya. Acara pelatihan pembuatan sasirangan ecoprint berlangsung lancar dengan antusias peserta yang tinggi. Harapannya, kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pembuatan sasirangan ecoprint dengan memanfaatkan potensi dari bahan alam atau tanaman yang ada di sekitar. Serta membangun semangat mahasiswa dalam berwirausaha.