Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengadakan Pelatihan Life Skill bagi Mahasiswa dengan materi “Pemanfaatan Potensi Lokal Tumbuhan sebagai Pewarna Alam dalam Pembuatan Sasirangan” pada hari Sabtu tanggal 25 Juni 2022. Kegiatan ini berlangsung secara offline di Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM dan secara online melalui Platform Zoom Meeting. Peserta kuliah tamu ini adalah Dosen dan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP ULM. Siti Isnaniah Haryani Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) Provinsi Kalimantan Selatan hadir sebagai narasumber.

Siti Isnaniah menyampaikan tumbuhan sebagai pewarna alam dapat diartikan sebagai tumbuhan yang secara keseluruhan maupun salah satu bagiannya baik batang, kulit, buah, bunga, maupun daunnya dapat menghasilkan suatu zat warna tertentu setelah melalui perebusan, penghancuran, maupun proses lain. Lebih lanjut Ia menjelaskan, pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami telah dikenal dan digunakan masyarakat secara luas sejak zaman dahulu kala. Hal ini sudah berlangsung jauh sebelum penggunaan bahan pewarna dari bahan sintetik. Penggunaan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami dinilai lebih aman daripada penggunaan pewarna sintetik yang banyak mengandung bahan kimia.

Pewarna alam banyak digunakan untuk mewarnai semua serat-serat alam baik serat tekstil maupun non tekstil. Bahan tekstil yang baik banyak menggunakan pewarna alam adalah kain. Kain yang menggunakan pewarna alam biasanya merupakan kain-kain tradisional dan dibuat dengan menggunakan tangan (hand made) salah satunya adalah kain sasirangan.

Kain sasirangan pewarna alam merupakan salah satu warisan budaya kerajaan Banjar. Kain sasirangan semula dibuat dengan menggunakan pewarna alam. Seiring dengan perkembangan zaman, kain sasirangan kemudian dibuat dengan menggunakan zat pewarna sintetis. Namun seiring dengan bahaya pewarna sintetis yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kini pengrajin sasirangan mulai beralih kembali menggunakan pewarna alam demi menjaga kelestarian lingkungan. “Adanya kekhawatiran akan dampak lingkungan dari zat pewarna sintetis yang non degrable dan kadangkala mengganggu kesehatan, maka keadaan ini diperkirakan akan membangkitkan kembali citra zat warna alam,” tegasnya.

Zat warna yang terkandung dalam tumbuhan sangat beranekaragam sehingga menghasilkan warna yang beranekaragam. Berbagai jenis daun tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna sasirangan diantaranya daun jati untuk warna merah, daun Indigofera untuk warna biru, daun ketapang untuk warna krem dan daun kayu tigarun untuk warna kuning Adapun jenis kulit buah yang bisa digunakan sebagai pewarna alami seperti kulit buah secang untuk menghasilkan warna ungu. Kemudian kulit rambutan untuk menghasilkan warna cokelat dan kulit bawang untuk warna kuning. Warna kuning juga bisa didapat dari kunyit. Jika ingin warna oranye, pengrajin biasa menggunakan buah gincu. “Untuk menghasilkan warna-warna tertentu, bahan-bahan diatas juga bisa dikombinasikan. Misal warna kunyit dan biru Indigofera untuk menghasilkan warna hijau,” jelasnya. Lebih lanjut Ia menjelaskan bagian tanaman lain seperti serbuk kayu ulin juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan warna cokelat tua. “Kulit kayu pohon bangkal ketika direbus maka akan menghasilkan warna kuning,” tambah Isnaniah.

Untuk membuat kain sasirangan dengan pewarna alam, ada tiga cara pewarnaan yang bisa dipilih.

  1. Proses Langsung; Pada proses langsung bahan pewarna alam yang digunakan dibuat dengan cara ditumbuk atau diblender. Airnya direbus lalu digunakan untuk mewarnai kain. Pewarnaan dengan cara ini menghasilkan warna tipis tidak pekat.
  2. Proses Fermentasi; Proses fermentasi dilakukan dengan cara melakukan perendaman atau pembusukan daun atau kayu dalam air disertai proses-proses tertentu.
  3. Proses Ekstraksi; Ekstraksi berarti mengekstraksi bahan dengan cara merebus bahan yang digunakan sebagai pewarna. Setelah warna didapat barulah kain dicelupkan ke dalam cairan pewarna.

Keunggulan kain sasirangan dengan menggunakan bahan pewarna alam selain ramah lingkungan juga karena warna-warna yang dihasilkan lebih lembut, kalem, dan tidak setajam sasirangan berpewarna sintetis. Meski begitu warna-warna pastel yang dihasilkan dari pewarna alam ini justru digandrungi pembeli mancanegara. Turis asing cenderung menyukai produk ramah lingkungan. Pewarna alam mempunyai daya dukung estetis yang sangat berarti bagi produk eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen pasar tertentu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *